Puan jadi Ketum, PDI Perjuangan Bonding Tokoh Inspirasi Bangsa hingga ke Desa

“Gimana mba Puan jadi Ketua Umum, gantian saya jadi Ketua DPR RI,” kira-kira begitu bunyi guyon Megawati saat pembukaan Rakernas ke 5 PDI Perjuangan.

“Insyaallah,” kata Puan saat ditanya wartawan menanggapi guyon Megawati.
Tidak ada candaan dalam panggung politik, kendati para Kader PDI Perjuangan mengatakan bahwa Megawati kerap melontarkan candaan.
Kalau itu disebut dalam makan siang atau ketika kumpul santai maka bisa masuk kategori candaan. Tapi ini dilontarkan dalam panggung politik yang menjadi konsumsi publik.

Sudah bukan rahasia Puan Maharani disiapkan sebagai pengganti Megawati Soekarnoputri untuk meneruskan cita-cita politik salah satu partai Legendaris Indonesia selain PPP dan Golkar.

Indonesia menjadi saksi Perjuangan Soekarno dan Megawati sebagai seseorang yang berpengaruh bagi politik tanah air.
Sebagai seorang Pria, Soekarno memperjuangkan hak-hak warga yang terbelenggu penjajahan.

Perjuangan Megawati juga sebenarnya lebih monumental. Ia melawan rezim yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun di tengah perpecahan PDI.

Sampai hari ini, PDI Peruangan masih menjadi partai pemenang Pemilu selama tiga periode dan menjadi rekor catatan sejarah pasca-reformasi.

Tapi dinamina politik tahun 2024 mengubah citra partai berlogo banteng. Sebagian kader beralih haluan kepentingan, meski tidak sampai memecah belah kapal besar yang sedang berlayar di tengah samudera berombak ganas.

Setengah abad PDI Perjuangan memperjuangkan hak-hak masyarakat Indonesia. Tanpa mendahului kehendak alam, partai ini butuh sosok pengganti Megawati Soekarnoputri yang lahir dari trah Soekarno.

Sejauh ini, Puan Maharani menjadi kandidat paling populer dan bisa jadi, pernyataan Mega merupakan peringatan kepada Puan untuk meniggalkan kursi legislatif dan berfokus pada strategi ketahanan partai— andai ingin menjadi Ketua Umum.

Masalahnya, dinamika politik saat ini tidak memihak kepada PDI Perjuangan atas kemenangan Prabowo-Gibran, meski partai legendaris ini menang dalam Pemilu legislatif tahun 2024.

Kekalahan PDI Perjuangan dalam Pilpres tahun 2024 ini mengindikasikan bahwa partai tersebut memerlukan tokoh inspiratif paham perihal ideologi serta pandai menggali kebijakan sosial ekonomi dan teknologi yang kemudian menjadi objek sentral untuk melakukan gerakan bonding hingga ke pelosok Indonesia.

Bonding tokoh penting di tengah krisis kepercayaan publik terhadap para petinggi negara saat ini. Bung Karno tidak akan se-populer saat ini andai tidak mendekatkan diri kepada warga di tengah pengasingannya.
Apalagi, periode mengedepankan kemandirian desa telah gagal dilaksanakan, sebab warga Kabupaten terus menjerit soal akses perekonomian mereka.***

Related posts