LampungKu39, Bandar Lampung – Permasalahan utama provinsi Lampung itu tidak pernah jauh dari Infrastruktur. Contohnya konten viral Bima dan beberapa seleb Tik Tok yang ramai-ramai menghujat kinerja pemerintahan Arinal Djunaidi terkait akses jalan.
Warganet sampai heran dan terpingkal menonton kritik Bima. Kritikan Netizen pun antusias terhadap pemerintah, malah terkesan kian berani.
Mereka menanam pohon pisang di jalan-jalan protokol, mereka lomba memancing di jalan-jalan rusak parah kabupaten, mereka selfie ria berwisata di akses yang lubangnya jutaan.
Pokoknya soal infrastruktur jalan ini menggairahkan kritik warga Lampung terhadap pemerintahan Arinal Djunaidi.
Jadi tidak perlua heran andai pada Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024 ini bakal bertebaran janji pembangunan dan perbaikan akses jalan, terutama untuk kabupaten Sang Bumi Ruwa Jurai.
Ini sungguh bukan lagi dalam ranah gosip politik warung kopi, karena sejumlah media telah mengorbitkan berita pencalonan anggota DPRD Lampung terpilih dari Partai Gerindra, yakni Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bakal Calon Gubernur.
Selain sebagai Ketua DPD Partai Gerindra, Rahmat Mirzani merupakan anak dari Faisol Djausal, sang Komisaris PT Rindang Tiga Satu Pratama dan Komisaris Utama PT Rindang Asia Energi.
Perusahaan-perusahaan ini tidak mungkin asing dalam kemenangan tender pengerjaan proyek yang didanai APBD.
Perusahaan pimpinan Faisol Djausal terpercaya untuk kontruksi jalan raya, jembatan, terowongan bahkan hingga landasan pacu bandara.
Rahmat Mirzani dan Ayahnya, yakn Faisol Djausal sangat berpeluang dan berpotensi menjadi penguasa Lampung.
Karena selain mengusai isu kampanye perbaikan infrastruktur yang tidak terkendali oleh pemerintahan Arinal Djunaidi— Faisol Djausal merupakan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Provinsi Lampung untuk Pemenangan Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024, 14 Februari kemarin.
Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Presiden Indonesia terpilah telah memberi mandat langsung kepada Rahmat Mirzani untuk maju sebagai Calon Gubernur Lampung.
Mereka di atas angin. Siapa berani dan isu apa untuk melawan power politik kontruksi ini?***