LampungKu39, Lampung – Harimau Sumatera ( panthera trigis sumatrae) merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah.
Harimau sumatera yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit barisan Selatan Selatan (TNBBS) kembali menerkam seorang warga bernama Samanan (41) warga Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat.
Kapolres Lampung Barat, AKBP Ryky Widya Muharam, membenarkan bahwa ada salah satu warga di Kecamatan Suoh yang kembali menjadi korban keganasan harimau sumatera. “Kejadian bermula ketika seorang warga Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh bernama Samanan (41) diserang oleh binatang buas harimau saat bekerja di kebun,” kata dia, Senin (11/3/2024).
Ia menjelaskan korban sempat melakukan perlawanan terhadap seekor harimau tersebut dan berhasil melarikan diri dari binatang buas itu. “Namun korban berhasil melarikan diri dan langsung dibawa ke Puskesmas Suoh hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Liwa,” ujarnya.
Dari kejadian tersebut, salah seorang Akademisi yang merupakan putra asli dari Kabupaten Lampung Barat Dr. Yunada Arpan angkat bicara terkait bertambahnya korban dari Harimau Sumatera yang berada di Suoh Lampung Barat.
Dia mengatakan aksi cepat dari pemerintah harus cepat sebelum korban semakin bertambah.
“Para tokoh jangan pada diam saja, pemerintah dalam hal ini harus bertindak cepat, jangan sampai korban manusia bertambah lagi,” ujar Yunada melalui pesan singkat WhatsAppnya, Senin (11/3/2024).
Bahkan menurut Dia, jika Pemda Lampung Barat dalam hal ini Dinas Kehutanan, polhut maupun TNBBS tidak sanggup mengatasinya, mengapa tidak minta bantuan pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.
“Kalau tidak sanggup atasinya, coba minta bantuan pemerintah provinsi atau pemerintah pusat,” ucapnya.
Masalah ini jangan sampai dianggap sepele dan dibiarkan berlarut-larut.
“Ini masalah jangan dianggap sepele dan dibiarkan berlarut-larut, sebab ini menyangkut keselamatan manusia dan keamanan serta kenyamanan masyarakat untuk berusaha mencari nafkah,” imbuhnya.
Yunada juga mendukung sikap tegas masyarakat Suoh Lampung Barat karena frustrasi dengan lambannya pemerintah menangani kasus ini.
“Di sisi lain saya juga mendukung ya ketegasan dari masyarakat Suwoh, terutama yang meminta ketegasan dari aparat keamanan atau pemerintah untuk mengatasi hal ini,” katanya.
Masih menurut Dr Yunada, kondisi ini sudah sangat membahayakan keselamatan dan keamanan manusia.
“Kondisi ini sudah membahayakan, bukan lagi meresahkan, Berbulan-bulan ketakutan, yang tewas sudah sekian orang, dan ada berapa yang diserang.
Untuk apa kita menjaga satu ekor harimau sementara semua ketakutan, aktivitas menjadi stagnan, hukum itu aturan, jadi semua ada ukurannya,” tuturnya.
Bahkan menurut Dia, untuk mengatasi masalah ini masyarakat dan aparat terkait harus turun bersama-sama.
“Untuk mengatasinya, ya kalau menurut saya tentu masyarakat yang ribuan orang bersaman aparat terkait, turun beroperasi kepung itu harimau.
Terserah di situ nanti hidup atau mati, artinya mau ditangkar atau hal lain itu terserah yg berwenang. Sebab, memang biasanya juga binatang kan punya perilaku dalam komunitasnya.
Andaikata itu hanya diburu masuk ke dalam hutan belum tentu menyelesaikan masalah juga karena kita tidak tahu jangan-jangan si harimau memang sudah tersisih dari kelompoknya sehingga kalah bersaing.
Sehingga dalam hal ini saya mendukung jika memang masyarakat itu ribuan bergerak dari seluruh penjuru, menyisir semua bukit,n hutan itu cari itu harimau bersama aparat,” tambahnya.
Dr Yunada mengatakan, saat ini bukan saatnya untuk meminta masyarakat untuk bersabar.
“Saya kira bukan saatnya lagi untuk meminta masyarakat sekedar sabar, tidak emosi, tidak terprovokasi. Musyawarah, rapat duduk bersama tanda tangan diatas kertas foto-foto dan salam-salaman.Saatnya sekarang ambil kebijakan, tindakan dan susun strategi tangkap itu harimau hidup atau mati,” pungkasnya.