Lampungku39, Jakarta – Dansa politik Budiman Sudjatmiko mendukung Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024 berujung pemecatan sebagai kader PDIP. Fadli Zon dan Fahri Hamzah, duo sekawan beda partai memberi sejumlah pesan Budiman Sudjatmiko.
Berdasarkan surat yang diterima, terlihat surat itu berisi keputusan pemberian sanksi kepada Budiman Sudjatmiko. Surat pemecatan Budiman Sudjatmiko ditandatangani oleh Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
“Memberikan sanksi organisasi berupa pemecatan kepada Sdr. Budiman Sudjatmiko, M.A. M.Phil. dari keanggotaan Partai Demokrati Indonesia Perjuangan,” bunyi salah satu poin surat tersebut.
Surat pemecatan tersebut dikonfirmasi oleh Budiman Sudjatmiko. Budiman membenarkan isi surat itu terkait pemecatan dirinya dari PDIP.
“Benar,” ucap Budiman saat dikonfirmasi, Kamis (24/8).
Resmi dipecat PDIP, Budiman Sudjatmiko berterima kasih atas segalanya kepada PDIP. Pemecatan tersebut menurut Budiman akhir salah satu eposide hidupnya.
“Saya cuma mau bilang bahwa saya sudah menerima suratnya dan terima kasih untuk semuanya,” kata Budiman kepada wartawan, Jumat (25/8).
Budiman pun mengatakan pemecatan ini sebagai akhir dari satu episode hidupnya. Budiman menyebut akan memulai episode berikutnya.
“Ini adalah pengakhiran dari satu episode dalam hidup saya dan memulai episode berikutnya. Bagian dari perjalanan saya sebagai manusia politik sejak saya remaja,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun mengungkapkan keputusan memecat Budiman Sudjatmiko telah diambil melalui Sidang Komite Disiplin. Komarudin mengatakan keputusan itu dikeluarkan sejak awal pekan.
“Sidang Komite Disiplin sudah mengeluarkan rekomendasi kepada DPP sejak hari Senin,” ujar Komarudin dilansir Antara, Jumat (25/8).
“Jadi, tentang sanksi yang dijatuhkan bisa dicek saja di sekretariat DPP,” tambahnya.
Pesan Fadli Zon
Budiman Sudjatmiko resmi dipecat PDIP tak lain setelah bermanuver mendukung Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Waketum Partai Gerindra Fadli Zon menilai Budiman tentunya sudah tahu konsekuensi atas tindakannya.
“Saya kenal Budiman sudah lama sekali yang pasti tahu segala macam hal-hal yang terkait dengan konsekuensi. Walaupun itu mekanisme internal di partai yang diikuti oleh Budiman,” kata Fadli Zon di gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (25/8).
Fadli Zon mengatakan Budiman merupakan seorang aktivis yang tentunya sudah terbiasa menghadapi hal-hal demikian. Menurutnya, Budiman memiliki pengalaman dalam menghadapi polemik tersebut.
“Tapi Budiman kan seorang yang punya jejak sejarah yang panjang sebagai seorang aktivis. Saya kira menghadapi yang seperti itu hal yang biasa aja,” ujarnya.
Ketua BKSAP DPR RI ini pun menuturkan akan menunggu langkah selanjutnya dari Budiman. Fadli Zon menekankan jika partainya terbuka untuk Budiman.
“Kalau ke depan kan kita tunggu saja apa keputusannya, apakah tidak berpartai dulu, apakah nanti mau bergabung dengan salah satu partai, atau bergabung dengan Gerindra,” paparnya.
“Kalau Gerindra ya pasti welcome, tapi kan kita tidak ingin ya seolah-olah seperti itu ya. Jadi kita itu tergantung yang bersangkutan,” imbuh dia.
Pesan Fahri Hamzah
Kawan Budiman lainnya, Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah turut merespons keputusan PDIP yang memecat Budiman Sudjatmiko. Fahri mengaku mengetahui rasanya dipecat partai karena pernah dialaminya dahulu.
“Menarik menonton wawancara-wawancara Mas @budimandjatmiko semoga tetap sehat. Sebagai orang yang pernah dipecat partai, saya mengerti situasinya,” kata Fahri dalam cuitan akun X resminya seperti dilihat, Jumat (25/8).
Terpisah, Fahri memberikan pesan kepada Budiman. Mantan kader PKS ini menyarankan Budiman mengambil jeda dahulu usai dipecat PDIP.
Fahri memandang saat ini Budiman dapat memikirkan keputusannya soal bergabung partai atau mendirikan partai seperti yang dilakukannya saat membangun Partai Rakyat Demokratik (PRD) di era Soeharto dulu.
“Budiman adalah seorang tokoh muda pemberani yang jauh lebih berada di depan di dalam membangun kekuatan politik menghadapi rezim otoriter,” kata Fahri.
“Jadi kalau sekarang lebih baik beliau memikirkan suatu jeda yang memungkinkannya bisa membangun kembali kekuatannya. Barulah setelah itu memutuskan bergabung atau sendiri, seperti PRD dulu,” imbuhnya.
(*)