Jakarta – Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief menyinggung keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk cawe-cawe hingga Pilpres 2024 ruwet gara-gara urusan ‘golden boy‘ Jokowi. Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno menepis anggapan Andi Arief tersebut.
“Sejauh yang saya mengerti, istilah ‘cawe-cawe‘ dalam tradisi Jawa, lebih berkonotasi positif, dan maknanya berkonotasi dekat dengan membantu untuk melancarkan suatu urusan. Jadi tidak untuk memperumit atau memperuwet masalah,” kata Hendrawan kepada wartawan, Sabtu (29/7/2023).
Menurut Hendrawan, Jokowi ingin menyelenggarakan pemilihan pemimpin nasional pada 2024 tanpa perselisihan. Namun, Hendrawan juga mengingatkan tak berlebihan dalam campur tangan Pilpres 2024.
“Salah satu legacy seorang presiden dalam sistem demokrasi adalah apabila dia berhasil menyelenggarakan pemilu dengan damai dan tertib. Tidak meninggalkan benih-benih pertikaian yang potensial mengoyak persatuan. Kami melihat, Jokowi terobsesi dengan narasi tersebut. Memang, bila orbit orkestrasinya kelewatan, dapat melahirkan kegelisahan psikologi politik yang meluas,” ujarnya.
Selanjutnya, cawe-cawe Jokowi pada ukuran yang tepat sehingga terjadi transisi kepemimpinan yang baik. Bukan mewujudkan anak emas sebagaimana yang dianggap Andi Arief terhadap Jokowi.
“Pada takaran yang pas, cawe-cawe tersebut melahirkan ‘golden succession’ (suksesi yang baik), bukan ‘golden boy’ yang berkonotasi ‘boneka pilihan’, sehingga transisi kekuasaan tidak meninggalkan luka pada modal sosial terbesar yang mempersatukan negara bangsa ini,” imbuhnya.
Andi Arief sebelumnya menyinggung keputusan Presiden Jokowi untuk cawe-cawe. Andi Arief menyebut Pilpres 2024 kali ini ruwet gara-gara urusan ‘golden boy‘ Presiden Jokowi.
Hal itu disampaikan Andi Arief melalui akun Twitternya @Andiarief_. Mulanya, Andi Arief menyampaikan Pilpres menjadi ruwet karena pernyataan Jokowi beberapa waktu lalu.
“Tanpa cawe-cawe, tak seruwet saat ini. Pilpres akan indah, capres hak 4 besar Partai hasil pileg PDIP, Golkar, Gerindra, Nasdem. Cawapres milik PDIP, PKB, Demokrat/PKS. Capres/cawapres partai yang berdaulat dengan menimbang aspirasi, bukan kehendak Presiden yang akan hilang kuasa,” kata Andi Arief dalam cuitannya seperti dilihat detikcom, Jumat (28/7).
Saat dikonfirmasi, Andi Arief menuding ada kebingungan di balik urusan ‘golden boy’ atau yang dia sebut sebagai calon penerus. “Jokowi kebingungan sendiri. Mencari orang presiden. Sumber rekruitmennya partai, mana bisa presiden terlalu dalam mau ngatur semuanya?” ujar Andi Arief.
Andi Arief menduga situasi saat ini serba tidak pasti gegara urusan golden boy tersebut. Dia menuding bakal ada konflik kepartaian ke depannya.
“Indonesia terancam konflik besar kepartaian dalam tubuh negara. Semua serba tidak pasti melihat nasib siapa golden boy Jokowi sesungguhnya. Golden-nya belum tentu dapat. Konflik di depan mata,” ucapnya. (*)