Lampungku39.com – Yenny Wahid, atau yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, adalah sosok perempuan yang telah dikenal luas sebagai aktivis, intelektual, dan politisi di Indonesia. Lahir pada 26 April 1974 di Jakarta, Indonesia, Yenny merupakan putri dari mantan Presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur.
Di tengah lingkungan intelektual dan sosial Indonesia, Yenny Wahid adalah sosok yang sangat dihormati. Dengan pemikiran yang moderat, ia terus berupaya memajukan isu-isu sosial, politik, dan keagamaan yang penting bagi bangsa Indonesia.
Yenny Wahid adalah salah satu pendiri Partai Kedaulatan Bangsa dan aktif dalam mengelola Wahid Institut, sebuah organisasi yang berusaha mewujudkan pemikiran-pemikiran Gus Dur.
Sebelum dikenal sebagai politikus, Yenny Wahid memulai karir profesionalnya sebagai seorang jurnalis. Pada tahun 1997 hingga 1999, ia bekerja sebagai koresponden untuk dua koran Australia, The Sydney Herald dan The Age. Selama masa itu, Yenny meliput peristiwa di Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan Aceh. Liputannya mengenai situasi di Timor Timur setelah referendum bahkan dianugerahi penghargaan Walkley Award.
Setelah ayahnya menjadi Presiden Indonesia pada tahun 1999-2001, Yenny Wahid mulai terjun ke dunia politik sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Jabatan yang sama juga dipegangnya selama masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Yenny Wahid pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada periode 2005-2010. Namun, pada tahun 2008, ia dipecat oleh Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, karena konflik internal partai.
Setelah keluar dari PKB, Yenny Wahid mendirikan Partai Kedaulatan Bangsa, yang memiliki akronim yang sama dengan PKB. Pada tahun 2012, partainya bersatu dengan Partai Indonesia Baru pimpinan Kartini Sjahrir, dan kemudian menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB).
Sebagai seorang tokoh yang tumbuh dalam keluarga religius Nahdlatul Ulama (NU), Yenny Wahid tetap memilih pendidikan umum di sekolah negeri. Ia adalah alumni SMA Negeri 28 Jakarta dan sempat menjadi mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Indonesia sebelum akhirnya keluar dan melanjutkan pendidikan di Jurusan Visual Universitas Trisakti, di mana ia berhasil meraih gelar sarjana.
Dengan semangat untuk terus mempromosikan nilai-nilai Islam moderat, Yenny Wahid memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Harvard Kennedy School of Government, Amerika Serikat, dan meraih gelar magister di bidang administrasi publik.
Sebagai seorang pemikir Islam moderat, Yenny Wahid meneruskan warisan pemikiran ayahnya yang juga dikenal sebagai pemikir yang moderat. Ia giat mendorong dialog dan pemahaman antaragama, serta mengadvokasi nilai-nilai toleransi, kebebasan beragama, dan kerukunan di tengah masyarakat Indonesia yang beragam.
Yenny Wahid juga aktif berpartisipasi dalam konferensi internasional yang membahas isu-isu keagamaan, dialog antaragama, dan perdamaian. Melalui Wahid Institut, ia terus berusaha mengangkat dan mengarusutamaan pemikiran Islam moderat yang menghargai dan memajukan nilai pluralisme. Dengan dedikasi dan pemikirannya yang moderat, Yenny Wahid terus berkontribusi dalam membangun masyarakat Indonesia yang beradab dan harmonis.